-->

Mengapa pasien di rumah sakit tidak diobati dengan obat herbal

 



Jika memang terbukti menyembuhkan mengapa pasien di rumah sakit tidak diobati dengan obat herbal  ???

Diskusi pada Kamis 22 Juli 2021 di temani beberapa dokter,tenaga kesehatan dan jurnalis serta reporter sebuah televisi swasta.

Sejumlah dokter dan tenaga medis dari beberapa daerah berkunjung ke tempat praktik rumah sehat kami untuk silaturrahmi dan berdiskusi.

Beberapa dari mereka menyinggung dan  mendapati laporan dari beberapa pasiennya yang sembuh dari kanker tanpa kemoterapi dan pasien HIV Aids sembuh dengan hasil Non Reaktif dan dengan jumlah CD4 yang tinggi setelah berobat di tempat praktik rumah sehat kami


Menanggapi hal tersebut kami dr.Reza Febrianto sp, PD selaku dokter praktek rumah sehat mandiri dengan tenang dan santai menjawab sedikit sekali pertanyaan mereka dengan pertanyaan balik.

Apakah Bapak-bapak/Ibu-ibu dokter sekalian meragukan kesembuhan mereka?

 Bukankah yang menyatakan sembuh dan yang bilang sembuh adalah pasienya sendiri

 Dan Bapak-bapak/Ibu - ibu sekalian selaku dokter dan tenaga medis membenarkan kesembuhan mereka berdasarkan pemeriksaan dan serangkaian tes yang Bapak/ibu sekalian lakukan ?  " 
lalu mengapa Bapak2/Ibu2 dokter menanyakan apakah hal itu benar atau tidak.


Kebanyakan pasien klinik kami adalah para pasien yang sudah putus asa dari penyakitnya dan sudah berobat ke sana kemari dari rumah sakit sana pindah ke rumah sakit sana karena tidak kunjung mendapatkan kesembuhan, 

dengan putus asa para pasien mencari alternatif pengobatan lain di samping berobat medis termasuk berobat di tempat praktik kami.

 Upaya dan usaha mereka sendirilah yang menghasilkan kesembuhan karena hasil tak akan menghianati usaha.

walau pasien sdh berobat di tempat praktek kami mereka juga tetap berobat medis kepada bapak2 dan ibu2 selaku dokter di rumah sakit pada umumnya.

Apabila mereka ( para pasien ) sembuh mengapa Bapak2 dan ibu2 sekalian merasa heran dan mempertanyakan pasien sembuh setelah berobat di klinik kami benar atau tidak?

 Apabila Bapak2 dan ibu2 dokter sekalian datang ke tempat praktik kami untuk berdiskusi atau mencari solusi tentang obat dan pengobatan mari silahkan saya akan sangat senang sekali kata kami dokter Reza feb dengan ramah.

Para dokter spesialis dan tenaga kesehatan mendebat kami, dengan pernyataan2 berikut ; 

1.Bukankah HIV Aids tidak ada obatnya ?
2.Bukankah kanker adalah kerusakan sel yang ubnormal dan tidak ada obatnya kecuali kemoterapi ?
3.dan Jika memang terbukti menyembuhkan mengapa pasien di rumah sakit tidak diobati dengan obat herbal rumah sehat mandiri ??? 

Mendapat pertanyaan itu kami menjawab dengan pertanyaan  ;

Nah itu dia katanya HIV Aids tidak ada obatnya ? Saya bertanya HIV Aids tidak ada obatnya itu kata siapa ??  

Kanker tidak ada obatnya itu kata siapa ?? 

Dan Apabila Bapak2 dan ibu2 sekalian mengetahui bahwa obat kami terbukti menyembuhkan mengapa Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian tidak mengobati pasien dengan obat herbal seperti di tempat praktik kami ??.. 

Lalu mereka menyinggung masalah uji klinis, lalu kami jawab balik lagi "" jika demikian mengapa kalian tidak melakukan uji klinis ?

Mendapati jawaban dari kami yang merupakan pertanyaan balik para dokter dan tenaga medis terdiam sesaat merenenungi dan menelaah penyataan kami tersebut.

Setelah mereka terdiam kami pun berceloteh sedikit ;

Kami bersama rekan-rekan dan dengan bersama produsen obat herbal yang lain sudah ber-upaya agar obat-obatan herbal di masukkan dalam standart pengobatan medis dan di masukkan dalam program JKN akan tetapi upaya kami tidak membuahkan hasil,
pada hal sudah pernah di lakukan uji klinis dan terbukti menyembuhkan dan aman,

walau begitu masih saja tetap di tolak, pada hal medis dan obat-obatan kimia belom tentu lebih bagus ketimbanh herbal.

-segala tindakan medis sekecil apapun mulai dari tusukan jarum,pemberian antibiotik hingga operasi sekecil apapun tindakan tersebut meninggalkan resiko sayangnya para dokter tidak pernah menjelaskan resikonya kepada pasiennya. 
 
 
Dan banyak sekali obat-obatan kimia yang sudah terlanjur beredar ternyata baru-baru ini di ketahui ternyata sangat membahayakan dan di larang edar.
 
-Adakah obat kimia yang lebih aman dan manjur dari herbal ??

-kemoterapi yang di berikan kepada pasien kanker itu bukan penyembuhan melainkan hanya penanganan dan efek sampingnya justru lebih buruk dari kanker itu sendiri.

di lapangan sering kita jumpai penderita suatu jenis kanker setelah kemoterapi justru terkena kanker yang lain karena tindakan kemoterapi yang gagal justru membuat sel kanker lebih ganas dan menyebar. 

- ARV yg di berikan kepada para pengidap HIV itu juga tidak menyembuhkan 

efek samping dari ARV lebih berbahaya dari pada Aids itu sendiri ,

Dan apabila pengidap HIV mengalami penyakit komplikasi akibat pemberian ARV yang tidak cocok maka petugas kesehatan akan menyebutnya atau mengatakannya sebagei Aids dan di karenakan HIV 
pada hal itu karena ARV .

Kita tau bahwa ada 40 jenis ARV yang mana belom tentu cocok dengan pengidap HIV, dan apabila ARV tidak cocok dan masih di berikan maka efek ARV sama dengan Aids itu sendiri.

( jika di jelaskan secara rinci waktunya sangat terbatas ) Baca efek samping ARV

-operasi - kita sering menjumpai di lapangan tindakan operasi yang gagal justru mengancam nyawa dan juga membuat suatu penyakit tertentu tumbuh kembali dan bahkan muncul lagi di area yang lain dan lebih ganas dari sebelumnya

-baru-baru ini ditemukan bahwa bajakah mampu dan bisa untuk mengobati kanker dan sudah terbukti bahkan negara Korea memberi penghargaan kepada pelajar penemu obat kanker dari bajakah tersebut lalu mengapa Indonesia tidak melakukan uji klinis.
Korea melakukan uji klinis terhadap tanaman bajakah hasil penelitian pelajar Indonesia lalu mengapa kita tidak melakukan riset dan penelitian.

Masih kah kalian andalkan tindakan medis.

Apabila ada kesalahan-kesalahan medis selalu di tutup-tutupi, malpraktek di tutup-tutupi, di lindungi,di lupakan dan di hapus beritanya dari media.

di sukabumi seorang anak segar bugar menjadi lumpuh layu karena imunisasi rubella, 
lalu adakah yang memberikan sanksi kepada petugas imunisasi yang melakukan kesalahan tersebut? tidak ada kan justru malah di tutup-tutupi dan di hilangkan beritanya.

- Adakah obat di rumah sakit yang lebih ampuh mengobati masuk angin selain kerokan dan dari tolak angin yang di produksi PT.sidomuncul

- Adakah obat kimiawi yang lebih ampuh mengobati tipus dari cacing yang sekarang di kemas menjadi herbal kapsul cacing ?? 

-Adakah obat kimia yang lebih manjur mengobati DBD dari daun pepaya ?? 
Dan banyak lainya ... 

-Jika ada obat kimia yang lebih ampuh dan lebih aman dari herbal ayok kita lakukan uji klinis.

Para dokter-dokter praktek yang membuka praktik rumahan dan di luar jam kerja dinas di rumah sakit mereka juga menjual dan memberikan obat herbal kepada para pasienya, apotik-apotik yang bertebaran di segala penjuru juga menjual obat-obatan herbal.

Jika herbal tidak berkhasiat mengapa para dokter dan apotik menjual obat herbal yang tidak berkhasiat bukankah itu akan menurunkan reputasi mereka.

lalu jika herbal lebih bagus mengapa banyak dokter meresepkan obat kimia kepada pasinya ... bukankah itu akan menurunkan reputasi mereka juga ?

           JAWABANYA ADA DI SINI


Mengapa obat kami Rumah Sehat Mandiri berkhasiat dan Alhamdulillah banyak yang cocok dan sembuh ?

Jawabannya adalah : 

karena kami kembali kepada Allah Tuhan dan kembali kepada Al-Qur'an kitab Tuhan 
dan jika kami mempunyai kelebihan rezeki kami bantu fakir miskin dan yatim

hingga sampai saat ini kami belom memiliki laboratorium sendiri karena kami lebih mengutamakan santunan terhadap fakir dan yatim.

doa doa mereka itulah yang menjadikan obat kami berkhasiat dan ridho Allah SWT yang membuat para pasien sembuh. 


Walau terbukti berkhasiat dan terbukti menyembuhkan mengapa obat herbal tidak di jadikan standart pengobatan medis ???

Jawabanya ADA DI SINI 

Jika obat herbal di jadikan standart pengobatan medis pasien banyak yang sembuh dengan sembuh yang sesungguhnya maka rumah sakit akan sepi ,

 para dokter menganggur  dan industri farmasi ikut sepi pula

 lalu bageimana dengan obat-obatan kimia yang di produksi secara masal besar2an dengan berbagei jenis jika pasienya tidak ada.

kita semua tau bageimana upaya para sales obat menawarkan obat-obatan  kepada kita para dokter dan tenaga kesehatan dengan berbagei upaya termasuk pemberian hadiah dan insentif agar obat-obatannya laku.


Pelaku industri jamu menilai obat herbal yang telah terbukti aman dan berkhasiat dan menyembuhkan untuk manusia atau fitofarmaka sulit berkembang karena tidak di setujui untuk menjadi standart pengobatan medis 

alasanya adalah karena membutuhkan dana uji klinis yang mahal.

Setidaknya hanya untuk menuntaskan uji klinis, obat fotofarmakan membutuhkan ongkos sekitar Rp4 miliar. 

Padahal herbal sudah terbukti menyembuhkan dan aman buat penderita suatu penyakit, potensi pengembangan obat herbal ini cukup prospektif. 

"Jadi, cost produksi ini lebih mahal dibanding obat lain dan tak jarang membuat harganya lebih mahal walau ada juga yang murah," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Dwi Ranny Pertiwi dalam sebuah webinar, Selasa (23/3/2021).

Ranny mengira dengan mempertimbangkan ongkos tersebut tentunya membuat pemerintah kembali berhitung karena nantinya harus melakukan pengembalian harga.

Meski demikian, Ranny menyebut GP Jamu juga terus mendesak pemerintah meloloskan produk fitofarmaka dalam fornas. 
Hal itu mengingat jika ada efek samping yang ditimbulkan maka sangat kecil ketimbang efek samping obat kimia yang bertebaran di rumah sakit.

"Kami sangat getol dalam hal ini," ujarnya. 

Sebelumnya, BPOM mencatat Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan maupun sumber daya laut dan sekitar 9.600 spesies tanaman dan hewan telah teridentifikasi memiliki khasiat obat.

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM Maya Gustina Andarini menilai untuk mendorong industri obat herbal yang paling logis adalah pemerintah membeli produk tersebut melalui asuransi BPJS Kesehatan, seperti yang dilakukan India, China, Jepang, dan Taiwan.

"Jadi semoga kedepan obat herbal dapat dimasukkan ke dalam program JKN [Jaminan Kesehatan Nasional dan di cover BPJS]," 

 Aminnn...ya Rabbal Alamiin....

 

Tidak ada komentar: